Selasa, 29 Desember 2009

Pendidikan Sekolah Dasar yang Kurang Baik di Pelosok Desa

I . LATAR BELAKANG

Menjadi tenaga pengajar di Sekolah Dasar (SD) bukanlah pekerjaan mudah. Di beberapa daerah perkotaan memang sedikit lebih mudah karena sudah banyak sarana pendidikan anak usia dini, seperti kelompok bermain (playgroup) taman kanak-kanak. Kebanyakan penyelenggara pendidikan anak usia dini telah mengajarkan cara membaca, menulis dan berhitung. Berbeda dengan anak didik di SD yang jauh di pedesaan dan pulau-pulau terpencil. SD adalah harapan satu-satunya pembelajaran awal dan mendasar bagi anak-anak negeri yang tinggal di pelosok desa terpencil.

II. ISI

Di Pulau yang tidak jauh dari Batam, salah seorang murid kelas II SMP belum hapal perkalian empat. Apa yang salah? Siapa yang bertanggung jawab? Ketika si anak didik masuk kelas III, para guru sibuk membuka kelas sore (bimbingan belajar istilahnya) dan menggodok habis-habisan atau bahkan mencari jalan paling jitu untuk meluluskan si anak dari UAN dengan bayaran yang tidak murah pastinya.
Sistem pendidikan yang benar harus diawali dari dasar, bukan dari atas atau tingkat Universitas, SMU/ SMK atau SMP. Namun harus dimulai dari SD. Tenaga pendidik harus lebih diperhatikan kualitas, baik paktor kemampuan mendidik, juga kemampuan psikisnya. Sudah saatnya merekrut tenaga pendidik di level ini melalui tes psikologi. Apalagi para pendidik yang bertugas di pelosok-pelosok desa atau hinterland. Kemudian kesejahteraan para abdi negara ini harus lebih baik dari pekerja yang sama jenjang berikutnya. Namun standar kualitas hasil didikan itu sendiri harus dibuat, agar dapat dilakukan evaluasi sebelum murid-murid dinyatakan tidak lulus.
Mendidik anak SD berbeda dengan jenjang pendidikan berikutnya. Di kebanyakan SD, pendidik mengajarkan apa yang belum pernah diketahui oleh anak didik, seperti belajar membaca, berhitung dan menulis misalnya. Sementara di SMP, SMA dan perguruan tinggi adalah pengulangan, pemantapan/pemahiran dan pengaplikasian apa yang pernah diajarkan di SD. Metode belajar mengajar harus dibuat sedinamis mungkin sesuai dengan kondisi daerah setempat. Kemungkinan berbeda sistem pendidikan di wilayah perkotaan, pedesaan dan pulau/pesisir pantai. Namun memiliki satu standar nasional yang baku. Bukan hanya berdasarkan nilai di raport, tapi juga kualitas anak didik itu sendiri.
Dewan pendidikan, dan komite sekolah harus menjadi pemikir dan motor penggerak dalam memberi solusi masalah-masalah lapangan yang dihadapi.
Penelusuran minat, bakat dan kemampuan anak didik seharusnya sudah dimulai dari SD.
lomba cerdas tangkas/cermat semakin ditingkatkan frekuensinya, sehingga nilai raport itu bukan hanya isapan jempol belaka.
Sarana pendidikan, seperti buku pelajaran, buku tulis, alat-alat tulis yang standar, alat peraga pembelajaran dan bangunan sekolah yang layak, sudah selayaknya disediakan oleh pemerintah. Bukan saatnya lagi ada sekolah dikte dan salin. Bahasa Inggris sudah harus diperkenalkan, memang kita harus bangga dengan bahasa sendiri, namun pengetahuan dan teknologi masih banyak yang menggunakan bahasa Inggris. Bahasa daerah, dapat dipelajari sebagai bahagian dari ekstra kurikuler. Karena bahasa daerah juga merupakan tanggung jawab orang tua untuk memperkenalkan kepada anak-anaknya.
Pelatihan tenaga pendidik, bukan sekedar pertemuan rutin dan arisan, namun harus ada evaluasi yang komperhensif, dan dijadikan acuan untuk kenaikan pangkat atau gaji, sehingga tidak ada kenaikan pangkat otomatis untuk guru. Penerimaan guru honorer, harus melalui seleksi yang ketat. Pemerintah harus menetapkan standard gaji minimal pendidik honorer dan tidak ada lagi guru yang oleh komite sekolah di tingkat sekolah dasar. Adalah suatu kewajiban mutlak bagi pemerintah untuk menyediakan tenaga pendidik di tingkat ini sesuai kebutuhan kurikulum.
Pertukaran guru dari perkotaan ke pedesaan lebih ditingkatkan. Bukan hanya sebagai kunjungan kerja, namun pelaksanaan proses belajar mengajar yang sesungguhnya dengan masa kerja tidak kurang dari satu bulan belajar efektif. Gaji guru harus lebih besar dari semua gaji PNS lainnya untuk jabatan/golongan yang sama, namun gaji guru dapat ditinjau ulang secara berkala lebih cepat dari PNS lainnya jika si guru dapat menunjukkan kualitasnya,

Penghargaan (reward) adalah bagian dari pendidikaan. Sepertinya pemerintah saat ini kurang memperhatikan pemberian penghargaan di level pendidikan ini. Penghargaan bukan hanya berbentuk uang tunai atau lembar piagam saja, namun kesempatan bagi anak didik terbaik dan pendidik terbaik dalam jenjang ini untuk memperoleh kesempatan dalam pendidikan jenjang berikutnya. Misalnya beasiswa belajar, atau pertukaran siswa/ guru nasional dan lain sebagainya.
Dunia Teknologi Informasi (IT) juga sudah saatnya diperkenalkan pada jenjang ini. Setiap SD harus sudah memiliki perpustakaan dan warnet. Teknologi komunikasi saat ini sangat pesat perkembangannya, dan sudah waktunya pemerintah mewajibkan pengusaha jaringan telekomukasi memberikan bantuan kepada sekolah-sekolah dasar di negeri ini melalui jaringan internet.
Setiap dinas pendidikan sudah saatnya memiliki pusat (server) IT untuk wilayah masing-masing. Perangkat lunak (software) yang berhubungan langsung dengan dunia pendidikan harus diberikan oleh pemerintah secara cuma-cuma dengan lisensi khusus.

III. KESIMPULAN

Jika pemerintah mau, setiap investor yang masuk ke wilayah/daerah negeri ini mau memberi bantuan kepada SD yang ada, jika pemerintah daerah atau yang berwenang dapat memberi imbal balik yang positip untuk kemudahan investasi yang mereka tanamkan. Dan setiap aspek pemerintah dalam dunia pendidikan mau memberikan perhatian lebih kepada SekolahDasar pelosok, maka kehidupan pendidikan di daerah akan lebih maju juga. Karena, anak-anak yang mereka didik sekarang akan menjadi penentu maju mundurnya negara di masa yang akan datang.

1 komentar:

  1. terima kasih admin, yuk kunjungi website kami di www.intanonline.com bukunya lengkap

    BalasHapus